Karinding mengeluarkan bunyian tertentu “low decibel” yang bisa merusak konsentrasi hama, sebenarnya alat musik ini tidak hanya ada di masyarakat Sunda atau di Jawa Barat.
Alat musik sejenis karinding ada juga di tempat lain dengan nama yang
berbeda, seperti di Bali bernama gengong, Jawa Tengah dinamainya
Rinding, Kalimantan Karimbi.
Sedangkan di luar negeri, seperti di Negara Yunani dinamai dengan Zuesharp (harpanya dewa Zeus), dan dikalangan masyarakat pemusik modern karinding ini dengan sebutan harpa mulut (mouth harp).
Dari suara yang dihasilkan pun tak jauh berbeda hanya cara memainkannya
sedikit berlainan, ada yang di trim (digetarkan dengan disentir), di tap
(dipukul) dan ada yang dimaikan dengan cara ditarik menggukan benang.
Bagi kebanyakan masyarakat Tatar Sunda, memaikan alat musik karinding ini biasanya dengan cara dipukul.
Karinding alat musik ritmis yang sekarang popular dikalangan kaum muda
Sunda ini,bukan hanya digunakan untuk kepentingan bersawah atau
mengusir.
Para “Karuhun” atau pendahulu, masyarakat Sunda menggunakan dan memainkan karinding ini dalam acara tradisi ritual upacara adat.
Maka tak heran jika alat musik karinding dibeberapa tempat masih digunakan dalam mengiringi upacara adat pembacaan Rajah.
Tidak hanya pengusir hama dan pengiring upacara adat atau ritual saja,
konon karinding ini digunakan oleh para kaum lelaki jaman dahulu untuk
merayu atau memikat hati wanita yang disukai.
Sekelumit cerita balik alat musik Karinding terungkap saat
WisatanewsCom mengunjungi beberapa tempat komunitas karinding dan
komunitas seni di Bandung, Cicalengka, Cimahi, dan Cianjur.
Seperti penuturan Deni Deng salah satu anggota Kawah (kerinding Sawah)
Cipanas, Cianjur yang sedang menekuni dan mendalami pembuatan karinding
bahwa pembuatan karinding di wilayah Jawa Barat ada dua jenis penggunaan
bahan baku.
Dua jenis bahan baku ini adalah dari pelepah “kawung” atau aren
dan batang bambu, bahan dan jenis bentuk karinding berbeda-beda, untuk
menujukan perbedaan usia, tempat dan perbedaan gender si pemakai.
Deni juga mengungkapkan, semisal bahan dari batang bambu yang lebih
menyerupai susuk sanggul,diperuntukan bagi kaum perempuan, karena konon
ibu-ibu dahulu suka menancapkan karinding disanggulnya.
No comments:
Post a Comment