Friday 15 February 2013

kesenian goong

Goong renteng adalah salah satu jenis kesenian tradisional di Kabupaten Kuningan yang memiliki keunikan tersendiri karena Goong renteng ini manakala sudah dibunyikan mempunyai arti tesendiri. Dan hanya dibunyikan pada saat-saat menyambut “tamu agung” atau tamu kehormatan yang memasuki lapangan upacara. Dalam perkembangannya sekarang ini, Goong renteng sewaktu-waktu tampil memeriahkan acara karnaval atau pawai alegoris pada peringatan hari besar nasional, acara hajatan, pesta dan keramaian lainnya sekaligus mengiringi kepergian tamu yang meninggalkan tempat acara. Khususnya dalam acara satonan, Goong renteng sangat diperlukan. Instrumen Goong Renteng biasanya menyajikan lagu-lagu tradisi, seperti lagu Kebojiro/Papalayon sebagai penghormatan kepada tamu yang akan datang dan pada saat pulang, di susl kemudian lagu pangkur Bale Bandung Besar, Bale Bandung Kecil, Sisisr Ganda, Malang Totog, Sampyong, Tunggul Kawung, Randa Nunut, Rindik Subang, Panglima dan lagu ciptaan sekarang yang bisa disesuaikan. Dalam upaya melestarikan kesenian Goong Renteng dan berdasarkan adat turun temurun, sebelum bulan Mulud, Goong Renteng itu harus “mandi” artinya dicuci agar tetap bersih, lalu diadakan selamatan sambil menabuhnya. Tradisi lainnya yang biasa dipakai yaitu setiap tanggal 1 Syawal dan 10 Rayagung harus dibunyikan. Sedangkan larangan “karuhun” yang harus dijaga oleh keturunannya yakni tidak boleh menjual Gamelan Goong Renteng itu kepada siapapun. Hasilnya hingga saat ini Gamelan Goong Renteng masih tetap utuh meskipun keadaannya sudah kurang memadai. Menurut keterangan, Gamelan Kuno yang kini di kenal dengan ” Goong Renteng” teryata usianya sudah 2 abad atau 200 tahun. Pemilik gamelan ini adalah Abah Raksajaya penduduk Kelurahan Sukamulya Kecamatan Cigugur.Gamelan ini dibelinya pada tahun 1792 dari Buyut Anjun Pangeran Pagongan di Cirebon. Gamelannya terbuat dari bahan perunggu terdiri dari 34 buah goong kecil, 2 buah goong besar dilengkapi gambang dan dua buah kecrek perunggu. Gamelan itu sampai sekarang sempat dipegang oleh lima turunan yakni, Abah Raksajaya, kemudian turun kepada putranya Bangsajaya, terus kepada kakek Markis Raksajaya, kemudian kepada Jayaperwata dan kepada Raksapura. Gamelan kuno ini sejak dulu disebut goong renteng, sebab ada perbedaan dengan pemasangan gamelan yang biasa, yaitu pemasangan rancaknya harus “direntengkan”, itulah sebabnya gamelan kuno yang satu ini disebut goong renteg.

No comments:

Post a Comment